Mau Jadi Apa Lulusan SMA?
Oleh : Lusi, Ilma, Arifka, Izzah, Lutfi
Malam yang cerah dengan jajaran bintang yang saling
berkedip menghiasi langit kota Kediri, terlihat rumah kecil didekat Sungai
Brantas yang cukup terawat dan sederhana. Disana terlihat seorang gadis yang
sedang menyisir rambut adik perempuannya.
“Kak Izzah
pelan pelan dong nyisirnya, sakit tau !!” rengek Arifka sambil memegangi
kepalanya
“iya iya
dek,maafin kakak.”
Melihat
adiknya yang sedang cemberut, Izzah pun menggelitiki Arifka, menyadari
perbuatan kakaknya itu Arifka tidak terima dan ia pun membalasnya , mereka
larut dalam canda tawa malam itu. Namun, tiba tiba terdengar suara
batuk dari dalam rumah yang membuyarkan keriangan mereka, sontak mereka berlari
kedalam rumah.
“Buk, Ibuk baik
baik saja kan?” Tanya Izzah sambil mengusap wajah ibunya.
“Nak, Ibuk sudah
tua dan sering sakit sakitan, ayahmu pun telah tiada. Jadi maafkan ibuk bila
nanti setelah kamu tamat SMA, ibuk tidak bisa membiayai kamu untuk melanjutkan
ke perguruan tinggi”
“Iya Buk, Izzah
tidak apa apa kalau tidak melanjutkan kuliah, Izzah akan kerja jadi Ibuk bisa
istirahat dirumah, untuk biaya sekolah
Arifka, biar Izzah yang mengatur.”
“Kak, kalau
gitu Arifka juga nggak melanjutkan sekolah ya,Arifka mau bantuin kakak aja!”
“Huussh…ngomong
apa kamu dek ! kamu itu baru kelas 1 SMP, kakak itu nggak mau kalau kamu sampai
putus sekolah, kakak ingin kamu bisa jadi sarjana dan hidup dengan baik, jadi
kamu harus bersungguh sungguh mencari
ilmu, oke?”
“Iya
kak.”jawab Arifka dengan muka memelas.
Malam telah larut, namun Izzah tak
sedikit pun bisa memejamkan matanya. Ia terus saja memikirkan ucapan ibunya
tadi, ia ingin sekali melanjutkan kuliah tapi dengan kondisi ibunya yang
sekarang ini ia merasa tak tega. Ia juga terus memikirkan bagaimana ia bisa
membiayai sekolah Arifka, zaman sekarang sulit mencari pekerjaan kalau hanya
berbekal ijazah SMA. Besok adalah pengumuman kelulusan, ia merasa tak sabar
ingin melihat hasil belajarnya selama tiga tahun.
“Ya Allah
berikan yang terbaik untukku” Doanya dalam hati .
Kemudian ia
bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil air wudlu untuk menenangkan
pikirannya, tak lama kemudian ia pun dapat memejamkan matanya dan tertidur
dengan pulas.
***
Sorak sorai siswa siswi SMA Tunas
Harapan memenuhi seluruh penjuru gedung sekolah, mereka merayakan kelulusannya
dengan begitu bersemangat tak terkecuali Izzah. Dia begitu bahagia melihat
hasil ujiannya, ia sangat puas dengan apa yang telah ia dapatkan. Teman
temannya pun bergantian mengucapkan selamat kepadanya.
“Selamat ya
Izzah, kamu hebat banget bisa ada di urutan ke 2 dari 5 siswa dengan nilai
ujian terbaik, aku bangga banget bisa punya teman kayak kamu.” Kata salah
seorang teman Izzah
“iya makasih
ya”
“oh ya,habis
ini kamu melanjutkan kemana?”
“aku nggak
melanjutkan kuliah, aku mau kerja aja, kasihan ibuku sudah sering sakit
sakitan”
Tiba tiba ibu
guru wali kelas mereka sudah berdiri di belakang mereka, beliau sangat syok
dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Izzah, beliau sangat menyayangkan
keputusan Izzah tersebut. Semua orang tau bahwa Izzah adalah siswi yang cukup
cerdas dan rajin, tapi ini sudah menjadi keputusannya untuk tidak melanjutkan
kuliah, ia menyadari bahwa ibunya, bu ilma sudah tidak sanggup lagi bekerja dan
adiknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah.
Beberapa bulan setelah pengumuman
kelulusan ia mendapatkan ijazah, ini adalah bekalnya untuk mencari pekerjaan. Bulan
lalu sebelum ia menerima ijazah, ia bekerja sebagai buruh cuci. Namun,
penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi ibu dan adiknya. Akhirnya ia
memutuskan untuk mencari pekerjaan lain, meskipun ia sedikit malu untuk melamar
pekerjaan hanya dengan berbekal ijazah SMA.
“Ya Allah
semoga ini bisa menjadi bekalku untuk mencari pekerjaan yang lebih baik”gumamnya
sambil memegangi Ijazahnya.
***
Hari berganti hari, namun ia tetap saja belum
mendapatkan pekerjaan, bahkan ia sudah kenyang dengan caci maki orang orang
yang menolak lamaran pekerjaannya. Tapi ia tak pernah berputus asa meski setiap
hari ia harus berkawan dengan panasnya terik matahari dan sesaknya asap
kendaraan. Sampai suatu hari ia bertemu dengan tetangganya yang bernama Lutfi.
Lutfi bekerja sebagai staf keuangan di restoran yang cukup terkenal di Kediri.
Lutfi merasa iba dengan keadaan Izzah dan keluarganya kemudian Lutfi pun
menawarinya pekerjaan.
“Zah, aku lihat
kamu susah sekali mencari pekerjaan” kata Lutfi
“Iya mbak,
bagaimana tidak susah, aku hanya lulusan SMA.”
“Emmm.......
kalau kamu mau, ada lowongan pekerjaan di restoran tempatku bekerja.”
“Beneran
mbak? Aku mau banget.”
“Tapi sebagai cleaning
service, gimana? Kamu mau apa tidak?”
“Iya mbak,
nggak papa. Kerja apa aja aku mau kok.”
“Ya udah mulai
besok kamu sudah bisa bekerja.”
“Iya mbak,
terima kasih banyak.”
Keesokan harinya Izzah sudah mulai
bekerja di restoran tempat Lutfi bekerja, ia bertugas membersihkan lantai dan
mengantarkan kopi untuk manager restoran itu yang bernama bu lusi. Bu lusi
adalah orang yang sangat baik, beliau sangat dermawan dan mengayomi seluruh
karyawannya, tak terkecuali Izzah.Dihari pertama Izzah bekerja bu lusi sudah
sangat senang dengan pekerjaan Izzah.
“Kamu karyawati
baru yang di bawa oleh Lutfi ya?” tanya bu lusi saat Izzah mengantarkan
minumannya.
“Iya Bu, nama
saya Izzah.”
“Saya sangat
senang melihat pekerjaan kamu, dihari pertama kamu bekerja, kamu sudah bekerja
sangat baik dan disiplin. Kalau kamu dapat mempertahankan cara kerjamu ini
selama satu bulan, saya akan mengangkat kamu sebagai staf keuangan.”
“Tapi Bu, saya
di sini kan masih baru.”
“Iya, tapi saya
percaya dengan kualitas kerjamu.”
“Iya Bu,
terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu.”
“silahkan.”
Tak disangka saat bu lusi berbicara
dengan Izzah, Lutfi mendengarkan percakapan mereka. Lutfi pun merasa tersaingi
oleh Izzah, oleh karena itu Lutfi pun berniat memberi pelajaran kepada Izzah.
Pukul 15.00, saatnya para karyawan
restoran pulang ke rumah masing masing. Tapi tidak untuk Izzah, ia masih harus
menyelesaikan pekerjaannya membersihkan restoran edangkan Lutfi langsung pulang
tanpa sedikitpun menyapa Izzah. Lutfi mengendari mobilnya dengan sangat cepat
karena kecemburuannya pada Izzah. Saat Lutfi melewati persimpangan jalan, ia melihat
seseorang yang tidak asing baginya.
“Arifka, itu
sepertinya adiknya Izzah. Wahh… ini kesempatanku untuk memberi pelajaran sama
Izzah.”gumam Lutfi
Lutfi pun
memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi dan saat ia sudah di dekat Arifka, ia
menyerempetkan mobilnya ke tubuh Arifka. Arifka pun jatuh tersungkur dan tidak
sadarkan diri.
“Rasakan
Izzah, aku yakin besok kamu pasti tidak akan masuk kerja dan persepsi Bu Lusi
tentang kamu akan berubah, Bu Lusi tidak akan memujimu lagi.”Kata Lutfi dengan
puas.
Arifka di
bawa ke Puskesmas oleh warga yang melihat kejadian itu kemudian mengantarkan
Arifka pulang ke rumah. Sampai dirumah, bu ilma sangat kaget melihat kondisi
Arifka, beliau pun terjatuh karena penyakit jantungnya kambuh. Dan orang orang
yang tadi mengantarkan Arifka, membopong bu ilma ke kamar dan membaringkannya.
Saat orang orang tadi sudah pergi Izzah sampai di rumah.
“Arifka..
!!!” teriaknya sambil berlari kea rah Arifka.”kamu kenapa bisa terluka seperti
ini?”
“Gpp kok
kak, ini nggak terlalu parah. Tadi waktu aku pulang sekolah terserempet mobil,
kayaknya itu mobilnya mbak Lutfi, tapi nggak mungkinlah kak, mungkin tadi aku
salah lihat.”
“Iya dek,
nggak mungkin kalau Mbak Lutfi yang melakukan, Ibuk mana?”
“Di kamar
kak, tadi Jantungnya kambuh.”
“Apa???” Tanya
Izzah dengan kaget.
Izzah
langsung berlari ke kamar ibunya.
“Buk, Ibuk
gimana keadaannya?” Tanya Izzah.
“Ibuk tidak
apa apa Nak, Cuma butuh istirahat sebentar.”
“Ya udah
Buk, besok Izzah nggak masuk kerja dulu biar bisa merawat Ibuk dan Arifka.”
“Jangan Nak,
kamu kan baru satu hari bekerja, nanti atasanmu marah. Ibuk bisa kok merawat
diri dan Arifka.”
“Iya Buk,
Izzah nurut kata Ibuk saja.”
***
Pagi hari yang cerah, Izzah
berangkat bekerja dengan hati yang tidak terlalu bersemangat karena musibah yang
menimpa adik dan ibunya. Sesampainya di restoran ia langsung mengelap meja dan
menyapu lantai. Tiba tibu ada suara langkah kaki, ternyata Lutfi.
“Pagi Mbak
Lutfi.” Sapa Izzah.
“Pagi, loh
Zah, kamu kok masuk kerja.”
“Loh emang
kenapa Mbak, ini kan bukan hari libur.”
“Tapi kan
adik kamu....” Lutfi tidak melanjutkan bicaranya dan langsung masuk ke
ruagannya.”
Izzah
terheran heran melihat sikap Lutfi, ia pun teringat ucapan Arifka kemarin.
“Jangan
jangan, benar mbak lutfi yang melukai Arifka, tapi kenapa?” Gumamnya dalam
hati.”
Lutfi mondar
mandir di ruangannya, ia sangat gelisah dan merasa semakin benci kepada Izzah,
ia pun mulai menyusun rencana baru untuk membuat Izzah dipecat.
“Dasar !!
nggak ada kapoknya ya tuh anak, terpaksa aku harus melakukan ini.” Kata Lutfi
dengan nada licik.
Lutfi mulai
melancarkan niat jahatnya, saat ia melihat Izzah sedang membuatkan kopi untuk
bu lusi, Lutfi mengatakan padanya bahwa bapak direktur memanggilnya, Izzah pun
bergegas menuju ke ruangan direktur. Dan tanpa disangka Lutfi memasukkan racun
ke dalam minuman bu lusi. Ketika Izzah sampai di ruangan direktur ia heran
karena pak direktur tidak memanggilnya dan saat ia kembali ke dapur, Lutfi
sudah tidak ada. Izzah pun mengantarkan kopinya ke ruangan bu lusi.
“Permisi Bu,
ini kopinya.”
“Iya, taruh
saja disitu, terima kasih.”
Izzah keluar ruangan dan melanjutkan
pekerjaannya, tiba tiba terdengar suara pecahan gelas dari dalam ruangan bu
lusi. Semua orang pun berlari ke ruangan bu lusi, mereka sangat terkejut
melihat bu lusi terkapar dan langsung membawa beliau ke Rumah Sakit. Saat bu
lusi sudah sadar, ia memanggil Lutfi, ini menjadi kesempatan Lutfi untuk
menghasud bu lusi agar memecat Izzah. Setelah beberapa lama, bu lusi memanggil
Izzah untuk menemuinya di ruang pasien.
“Izzah, saya
tidak menyangka kamu melakukan ini pada saya. Mulai sekarang kamu saya pecat
!!!” Kata bu lusi dengan sangat marah.
“Tapi bu,
salah saya apa?”
“Kamu masih
tanya salah kamu apa, sekarang saya tanya sama kamu, siapa yang
membuatkan kopi untuk saya pagi tadi?”
“Saya bu.”
“Setelah
saya meminum kopi dari kamu saya langsung pingsan, dan kamu tau hasil diagnose
dokter, kopi kamu mengandung racun. Seandainya saya telat dilarikan ke Rumah
Sakit, saya pasti sudah mati!!”
“Tapi saya
tidak menaruh apa apa di kopi ibu, tolong dengarkan penjelasan saya.” Pinta
Izzah sambil menangis.”
“Cukup !!
mulai sekarang saya tidak mau melihat kamu lagi. Pergi !!!”
“Tapi bu…”
“Pergi !!!”
Izzah sangat
terpukul dengan kejadian ini. Akan tetapi, Lutfi sangat puas dengan pemecatan
Izzah.
***
Sejak kejadian itu, Izzah mulai
merintis usahanya sendiri dengan berjualan kue, ia berkeliling sambil
menjajakan kue-kuenya. Tak disangka-sangka,
banyak orang yang menyukai kue buatannya. Setelah berjalan selama 1 tahun, ia
sudah memiliki rumah industri kue
dan makanan kecil yang cukup besar dengan 20 karyawan, ia pun
bisa menghidupi ibu dan adiknya dengan baik. Ia sangat bersyukur dengan apa
yang diberikan oleh Allah kepadanya.
“Alhamdulillah,
ternyata apa yang aku usahakan selama ini membuahkan hasil yang memuaskan, aku
tau Allah tidak akan membiarkan makhlukNya menderita, dan sesudah kesulitan
pasti ada kemudahan.” Gumamanya dalam
hati.
Dengan
mempunyai rumah industri makanan
yang sudah cukup besar, akhirnya Izzah bisa melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi yang cukup
tersohor di Indonesia.
Sekian











