Taufiq Ismail

Taufiq Ismail adalah satrawan yang menginspirasi. Semoga juga dapat menginspirasi kita semua.

Pantai Pasir Putih Trenggalek

Tempat yang sangat menawan dan sayang untuk dilewatkan.

Kamis, 30 Oktober 2014

Mau Jadi Apa Lulusan SMA ?








Mau Jadi Apa Lulusan SMA?
Oleh : Lusi, Ilma, Arifka, Izzah, Lutfi
Malam yang cerah dengan jajaran bintang yang saling berkedip menghiasi langit kota Kediri, terlihat rumah kecil didekat Sungai Brantas yang cukup terawat dan sederhana. Disana terlihat seorang gadis yang sedang menyisir rambut adik perempuannya.
“Kak Izzah pelan pelan dong nyisirnya, sakit tau !!” rengek Arifka sambil memegangi kepalanya
“iya iya dek,maafin kakak.”
Melihat adiknya yang sedang cemberut, Izzah pun menggelitiki Arifka, menyadari perbuatan kakaknya itu Arifka tidak terima dan ia pun membalasnya , mereka larut dalam canda tawa malam itu. Namun, tiba tiba terdengar suara batuk dari dalam rumah yang membuyarkan keriangan mereka, sontak mereka berlari kedalam rumah.
“Buk, Ibuk baik baik saja kan?” Tanya Izzah sambil mengusap wajah ibunya.
“Nak, Ibuk sudah tua dan sering sakit sakitan, ayahmu pun telah tiada. Jadi maafkan ibuk bila nanti setelah kamu tamat SMA, ibuk tidak bisa membiayai kamu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi”
“Iya Buk, Izzah tidak apa apa kalau tidak melanjutkan kuliah, Izzah akan kerja jadi Ibuk bisa istirahat dirumah, untuk  biaya sekolah Arifka, biar Izzah yang mengatur.”
“Kak, kalau gitu Arifka juga nggak melanjutkan sekolah ya,Arifka mau bantuin kakak aja!”
“Huussh…ngomong apa kamu dek ! kamu itu baru kelas 1 SMP, kakak itu nggak mau kalau kamu sampai putus sekolah, kakak ingin kamu bisa jadi sarjana dan hidup dengan baik, jadi kamu harus  bersungguh sungguh mencari ilmu, oke?”
“Iya kak.”jawab Arifka dengan muka memelas.
            Malam telah larut, namun Izzah tak sedikit pun bisa memejamkan matanya. Ia terus saja memikirkan ucapan ibunya tadi, ia ingin sekali melanjutkan kuliah tapi dengan kondisi ibunya yang sekarang ini ia merasa tak tega. Ia juga terus memikirkan bagaimana ia bisa membiayai sekolah Arifka, zaman sekarang sulit mencari pekerjaan kalau hanya berbekal ijazah SMA. Besok adalah pengumuman kelulusan, ia merasa tak sabar ingin melihat hasil belajarnya selama tiga tahun.
“Ya Allah berikan yang terbaik untukku” Doanya dalam hati .
Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil air wudlu untuk menenangkan pikirannya, tak lama kemudian ia pun dapat memejamkan matanya dan tertidur dengan pulas.
***
            Sorak sorai siswa siswi SMA Tunas Harapan memenuhi seluruh penjuru gedung sekolah, mereka merayakan kelulusannya dengan begitu bersemangat tak terkecuali Izzah. Dia begitu bahagia melihat hasil ujiannya, ia sangat puas dengan apa yang telah ia dapatkan. Teman temannya pun bergantian mengucapkan selamat kepadanya.
“Selamat ya Izzah, kamu hebat banget bisa ada di urutan ke 2 dari 5 siswa dengan nilai ujian terbaik, aku bangga banget bisa punya teman kayak kamu.” Kata salah seorang teman Izzah
“iya makasih ya”
“oh ya,habis ini kamu melanjutkan kemana?”
“aku nggak melanjutkan kuliah, aku mau kerja aja, kasihan ibuku sudah sering sakit sakitan”
Tiba tiba ibu guru wali kelas mereka sudah berdiri di belakang mereka, beliau sangat syok dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Izzah, beliau sangat menyayangkan keputusan Izzah tersebut. Semua orang tau bahwa Izzah adalah siswi yang cukup cerdas dan rajin, tapi ini sudah menjadi keputusannya untuk tidak melanjutkan kuliah, ia menyadari bahwa ibunya, bu ilma sudah tidak sanggup lagi bekerja dan adiknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah.
            Beberapa bulan setelah pengumuman kelulusan ia mendapatkan ijazah, ini adalah bekalnya untuk mencari pekerjaan. Bulan lalu sebelum ia menerima ijazah, ia bekerja sebagai buruh cuci. Namun, penghasilannya tidak cukup untuk menghidupi ibu dan adiknya. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari pekerjaan lain, meskipun ia sedikit malu untuk melamar pekerjaan hanya dengan berbekal ijazah SMA.
“Ya Allah semoga ini bisa menjadi bekalku untuk mencari pekerjaan yang lebih baik”gumamnya sambil memegangi Ijazahnya.
***
             Hari berganti hari, namun ia tetap saja belum mendapatkan pekerjaan, bahkan ia sudah kenyang dengan caci maki orang orang yang menolak lamaran pekerjaannya. Tapi ia tak pernah berputus asa meski setiap hari ia harus berkawan dengan panasnya terik matahari dan sesaknya asap kendaraan. Sampai suatu hari ia bertemu dengan tetangganya yang bernama Lutfi. Lutfi bekerja sebagai staf keuangan di restoran yang cukup terkenal di Kediri. Lutfi merasa iba dengan keadaan Izzah dan keluarganya kemudian Lutfi pun menawarinya pekerjaan.
“Zah, aku lihat kamu susah sekali mencari pekerjaan” kata Lutfi
“Iya mbak, bagaimana tidak susah, aku hanya lulusan SMA.”
“Emmm....... kalau kamu mau, ada lowongan pekerjaan di restoran tempatku bekerja.”
“Beneran mbak?  Aku mau banget.”
“Tapi sebagai cleaning service, gimana? Kamu mau apa tidak?”
“Iya mbak, nggak papa. Kerja apa aja aku mau kok.”
“Ya udah mulai besok kamu sudah bisa bekerja.”
“Iya mbak, terima kasih banyak.”
            Keesokan harinya Izzah sudah mulai bekerja di restoran tempat Lutfi bekerja, ia bertugas membersihkan lantai dan mengantarkan kopi untuk manager restoran itu yang bernama bu lusi. Bu lusi adalah orang yang sangat baik, beliau sangat dermawan dan mengayomi seluruh karyawannya, tak terkecuali Izzah.Dihari pertama Izzah bekerja bu lusi sudah sangat senang dengan pekerjaan Izzah.
“Kamu karyawati baru yang di bawa oleh Lutfi ya?” tanya bu lusi saat Izzah mengantarkan minumannya.
“Iya Bu, nama saya Izzah.”
“Saya sangat senang melihat pekerjaan kamu, dihari pertama kamu bekerja, kamu sudah bekerja sangat baik dan disiplin. Kalau kamu dapat mempertahankan cara kerjamu ini selama satu bulan, saya akan mengangkat kamu sebagai staf  keuangan.”
“Tapi Bu, saya di sini kan masih baru.”
“Iya, tapi saya percaya dengan kualitas kerjamu.”
“Iya Bu, terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu.”
“silahkan.”
            Tak disangka saat bu lusi berbicara dengan Izzah, Lutfi mendengarkan percakapan mereka. Lutfi pun merasa tersaingi oleh Izzah, oleh karena itu Lutfi pun berniat memberi pelajaran kepada Izzah.
            Pukul 15.00, saatnya para karyawan restoran pulang ke rumah masing masing. Tapi tidak untuk Izzah, ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya membersihkan restoran edangkan Lutfi langsung pulang tanpa sedikitpun menyapa Izzah. Lutfi mengendari mobilnya dengan sangat cepat karena kecemburuannya pada Izzah. Saat Lutfi melewati persimpangan jalan, ia melihat seseorang yang tidak asing baginya.
“Arifka, itu sepertinya adiknya Izzah. Wahh… ini kesempatanku untuk memberi pelajaran sama Izzah.”gumam Lutfi
Lutfi pun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi dan saat ia sudah di dekat Arifka, ia menyerempetkan mobilnya ke tubuh Arifka. Arifka pun jatuh tersungkur dan tidak sadarkan diri.
“Rasakan Izzah, aku yakin besok kamu pasti tidak akan masuk kerja dan persepsi Bu Lusi tentang kamu akan berubah, Bu Lusi tidak akan memujimu lagi.”Kata Lutfi dengan puas.  
Arifka di bawa ke Puskesmas oleh warga yang melihat kejadian itu kemudian mengantarkan Arifka pulang ke rumah. Sampai dirumah, bu ilma sangat kaget melihat kondisi Arifka, beliau pun terjatuh karena penyakit jantungnya kambuh. Dan orang orang yang tadi mengantarkan Arifka, membopong bu ilma ke kamar dan membaringkannya. Saat orang orang tadi sudah pergi Izzah sampai di rumah.
“Arifka.. !!!” teriaknya sambil berlari kea rah Arifka.”kamu kenapa bisa terluka seperti ini?”
“Gpp kok kak, ini nggak terlalu parah. Tadi waktu aku pulang sekolah terserempet mobil, kayaknya itu mobilnya mbak Lutfi, tapi nggak mungkinlah kak, mungkin tadi aku salah lihat.”
“Iya dek, nggak mungkin kalau Mbak Lutfi yang melakukan, Ibuk mana?”
“Di kamar kak, tadi Jantungnya kambuh.”
“Apa???” Tanya Izzah dengan kaget.
Izzah langsung berlari ke kamar ibunya.
“Buk, Ibuk gimana keadaannya?” Tanya Izzah.
“Ibuk tidak apa apa Nak, Cuma butuh istirahat sebentar.”
“Ya udah Buk, besok Izzah nggak masuk kerja dulu biar bisa merawat Ibuk dan Arifka.”
“Jangan Nak, kamu kan baru satu hari bekerja, nanti atasanmu marah. Ibuk bisa kok merawat diri dan Arifka.”
“Iya Buk, Izzah nurut kata Ibuk saja.”
***
            Pagi hari yang cerah, Izzah berangkat bekerja dengan hati yang tidak terlalu bersemangat karena musibah yang menimpa adik dan ibunya. Sesampainya di restoran ia langsung mengelap meja dan menyapu lantai. Tiba tibu ada suara langkah kaki, ternyata Lutfi.
“Pagi Mbak Lutfi.” Sapa Izzah.
“Pagi, loh Zah, kamu kok masuk kerja.”
“Loh emang kenapa Mbak, ini kan bukan hari libur.”
“Tapi kan adik kamu....” Lutfi tidak melanjutkan bicaranya dan langsung masuk ke ruagannya.”
Izzah terheran heran melihat sikap Lutfi, ia pun teringat ucapan Arifka kemarin.
“Jangan jangan, benar mbak lutfi yang melukai Arifka, tapi kenapa?” Gumamnya dalam hati.”
Lutfi mondar mandir di ruangannya, ia sangat gelisah dan merasa semakin benci kepada Izzah, ia pun mulai menyusun rencana baru untuk membuat Izzah dipecat.
“Dasar !! nggak ada kapoknya ya tuh anak, terpaksa aku harus melakukan ini.” Kata Lutfi dengan nada licik.
Lutfi mulai melancarkan niat jahatnya, saat ia melihat Izzah sedang membuatkan kopi untuk bu lusi, Lutfi mengatakan padanya bahwa bapak direktur memanggilnya, Izzah pun bergegas menuju ke ruangan direktur. Dan tanpa disangka Lutfi memasukkan racun ke dalam minuman bu lusi. Ketika Izzah sampai di ruangan direktur ia heran karena pak direktur tidak memanggilnya dan saat ia kembali ke dapur, Lutfi sudah tidak ada. Izzah pun mengantarkan kopinya ke ruangan bu lusi.
“Permisi Bu, ini kopinya.”
“Iya, taruh saja disitu, terima kasih.”
            Izzah keluar ruangan dan melanjutkan pekerjaannya, tiba tiba terdengar suara pecahan gelas dari dalam ruangan bu lusi. Semua orang pun berlari ke ruangan bu lusi, mereka sangat terkejut melihat bu lusi terkapar dan langsung membawa beliau ke Rumah Sakit. Saat bu lusi sudah sadar, ia memanggil Lutfi, ini menjadi kesempatan Lutfi untuk menghasud bu lusi agar memecat Izzah. Setelah beberapa lama, bu lusi memanggil Izzah untuk menemuinya di ruang pasien.
“Izzah, saya tidak menyangka kamu melakukan ini pada saya. Mulai sekarang kamu saya pecat !!!” Kata bu lusi dengan sangat marah.
“Tapi bu, salah saya apa?”
“Kamu masih tanya salah kamu apa, sekarang saya tanya sama kamu, siapa yang membuatkan kopi untuk saya pagi tadi?”
“Saya bu.”
“Setelah saya meminum kopi dari kamu saya langsung pingsan, dan kamu tau hasil diagnose dokter, kopi kamu mengandung racun. Seandainya saya telat dilarikan ke Rumah Sakit, saya pasti sudah mati!!”
“Tapi saya tidak menaruh apa apa di kopi ibu, tolong dengarkan penjelasan saya.” Pinta Izzah sambil menangis.”
“Cukup !! mulai sekarang saya tidak mau melihat kamu lagi. Pergi !!!”
“Tapi bu…”
“Pergi !!!”
Izzah sangat terpukul dengan kejadian ini. Akan tetapi, Lutfi sangat puas dengan pemecatan Izzah.
***
            Sejak kejadian itu, Izzah mulai merintis usahanya sendiri dengan berjualan kue, ia berkeliling sambil menjajakan kue-kuenya. Tak disangka-sangka, banyak orang yang menyukai kue buatannya. Setelah berjalan selama 1 tahun, ia sudah memiliki rumah industri kue dan makanan kecil yang cukup besar dengan 20 karyawan, ia pun bisa menghidupi ibu dan adiknya dengan baik. Ia sangat bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya.
“Alhamdulillah, ternyata apa yang aku usahakan selama ini membuahkan hasil yang memuaskan, aku tau Allah tidak akan membiarkan makhlukNya menderita, dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.”  Gumamanya dalam hati.
Dengan mempunyai rumah industri makanan yang sudah cukup besar, akhirnya Izzah bisa melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi yang cukup tersohor di Indonesia.


Sekian